Social Icons

Pages

Rabu, 16 Oktober 2013

not your average islamic novel

buku ini tdk menjanjikan jalinan cerita khas novel-novel islami populer (sudah diwantiwanti di sampul depan: 'bukan novel biasa').tapi lebih kepada pesan-pesan yang ingin disampaikan lewat dialog dan debat antara Rahmat dan Kemi, atau Rahmat dan dosen2 liberal. cerita mengalir begitu cepat, tidak ada pendalaman karakter, seperti hendak segera mempertemukan pembaca kepada paragraf-paragraf esensial sebagai counter attack terhadap pemikiran pluralisme, multikulturalisme, dsb.



misi Rahmat jelas, 'menyadarkan' Kemi. pertemuan Rahmat dengan orang-orang baru (yg sbgian besebrangan dgn idiologinya) serta adaptasi dgn lingkunga baru nyaris tanpa hambatan. tantangan kemi dibayangkan rahmat akan menantang, sehingga dia perlu membekali diri dengan buku2 dan tulisan rekomendasi kiyai Rois serta latihan meresensi buku. namun belakangan Kemi seperti hilang semangat, atau memang dia setengah hati meliberalkan Rahmat (atau mngkn mmg pesimis krna tau kapabilitas Rahmat)

awalnya saya mengharapkan ada sdikit adega laga, mengingat Rahmat sudah 'dipromosikan' di halaman-halaman awal sebagai pemegang sabuk hitam perguruan silat singa menari. walhasil santri kampung sekadar dijamu jakarta, namun tdk mencicipi kerasnya ibukota, eh depok, ding :D

satu2nya adegan action adalah saat Kemi yang di detik2 kesadarannya bergulat dengan Roman untuk selanjutnya dikeroyok ramai2 oleh anak buahnya. Rahmat sang ustadz kampung pun digambarkan nyaris sempurna. Cuma sempat 'deg2-ser' lihat penampilan Siti.

hanya ada hal-hal kecil yang terasa dipaksakan demi mendukung pendapat penulis, misalnya wawancara (atau debat?) antara wartawan Bejo dan feminis Ita. Atau kemunculan Inspektur Tawakal; polisi yg nyantri.

penulis juga menyelipkan kritik halus ttg kondisi fisik dan kenyamanan pesantren2 tradisonal yang kalah dibandingkan kampus2 modern yg menyediakan fasilitas memudahkan bagi mahasiswanya. namun begitu di tengah keterbatasan, sebuah pesantren mampu mencetak kader seperti Rahmat.

overall, buku ini sebagai variasi bacaan yang dikemas santai soal gazwul fikri. oh iya sebagian percakapan di novel ini diselipii rujukan buku2 baik klasik maupun kontemporer sebagai benteng akidah. lastly, buku ini juga mengingatkan bahwa 'tidak ada makan siang yang gratis':P

AW.

==================


Judul: Kemi: Cinta Kebebasan Yang Tersesat
Penerbit : Gema Insani
Penulis : Dr. Ardian Husaini
ISBN : 9789790772205
Tebal  : 316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text